Lima belas menit kemudian, terdengar telepon. “Iya, mas makasih. Hijab bokep Kurasakan vagnya telah basah. Oiya, aku laper, sekalian aku bikinin mi instan ya?” Tanyaku “Aku bantuin deh, mas” Katanya. Kucium kening dan bibirnya. Dian menjerit minta tolong, tapi derasnya hujan dan petir yang bersahutan menelan jeritannya. “Iya, mas makasih. Aku mandi di kamar mandi belakang.” Dian pun mengangguk. “Oooh, sakit mas, sakit , aaah, oooh!!!” Pekiknya ketika perlahan kudorong batangku memasuki liang sempit yang licin dan hangat. Sehingga aku pun tidak dapat menahan diri untuk onani membayangkan nikmatnya tubuh Dian. Ngobrol dengannya benar- benar mengasyikkan. Dia pun membalasku. Beberapa jam kemudian sampailah aku di gang rumahku. Gang itu tadinya hanya sebuah kebun, kini berdiri tiga rumah di keun itu. Dian terpekik dan mendorongku, tapi aku tarik dan perketat pelukanku. Lima belas menit kemudian, terdengar telepon. Ternyata orangtua Dian menelpon orangtuaku dan menitipkan Dian pada mereka. Aku takut” Rengeknya. Aku baru pulang persami. Percayalah, mas bertanggungjawab.
