Ia sudah membereskan peralatan pijat. Aku tidak berpakaian kini. Bokep jepang Jagain sebentar ya..!”Ya itulah kabar gembira, karena Hawin lalu mengangguk.Setelah mengunci salon, Hawin kembali ke tempatku. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Apa yang aku harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya apa? Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. “Ya sekarang Sayang..!” katanya.“Halo..?” katanya sedikit terengah.“Oh ya. Aku tersetrum. Saya bisa masuk angin.” kata seorang wanita setengah baya di depanku pelan.Aku tersentak. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aku belum siap. Atau jangan-jangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Aku tidak menjepit tubuhnya. Tidak apalah hari ini tidak ketemu. Astaga. Lama sekali ia memijati pangkal pahaku.Seakan sengaja memainkan Si Junior. Suara yang kukenal, itu kan suara yang meminta aku menutup kaca angkot. Ketika Si Junior melemah ia seperti tahu bagaimana menghidupkannya, memijat tepat di bagian pangkal paha. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..? suara itu lagi, suara wanita setengah baya yang kali ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya.
