“Buka semua dong,” pintaku. Bokep indo “Entar dong Mas.”“Dah, sekarang terlentang.”
Yeni menumpahkan minyak ke dada, perut, dan penisku. Menciumi dan menggigit pelan. Yeni membimbingku menuju lorong. Nilai plusnya lagi: berambut panjang lurus sepinggang. “Yeeen, tamu,” teriaknya. “Eh…bentar dong Mas,” elaknya ramah. Si gaun hitam ini belahannya tertutup.Yang ketiga, bergaun crem berbunga kecil, agaknya yang paling ideal. Hasil evaluasiku: cewe ini serba menonjol dan serba besar. Bulat indah, tak ada tanda-tanda turun walaupun sudah tentu sering dijamah orang. Pijit, service, main? Nilai plusnya lagi: berambut panjang lurus sepinggang. Lalu menyambar handuk dan ke kamar mandi. Tak apalah, ini kan kedatangan pertama, hitung-hitung “belajar”. Kalau tidak, mungkin Aku sudah menyiram maniku ke dada Yeni. Menciumi dan menggigit pelan. Semuanya menggiurkan.“Yang mana, Mas?” tanya pengawalku Si Serba Besar ini. “Baru jam 7 masih sepi, entar malem rame,” jelasnya. Bagiku, indikasi dada montok adalah punya “belahan” atau tidak. Aku masih menebar pandangan lagi jangan-jangan ada yang lebih bagus terlewat dari penelitianku.“Sama saya aja Mas, nanti ‘dibody’ sebelum main, mau karaoke juga boleh,” kata pengawalku tiba-tiba.