Tiap kali ia mengeluh, memanggilku, aku jadi makin semangat. Sunyi menyiksaku. Bokep jilbab Sombong amat! Kompak juga kalian, makinya kemudian. panggilku.Selama ia mandi aku berhasil menyelesaikan rancangan storyboard utama berkat pikiran yang sudah jernih.Ini bagus, katanya sambil menunduk memandangi disainku di layar komputer.Entah kenapa tibatiba terlintas dalam pikiranku bahwa ia milikku dan jangan sampai teman sekantor lainnya mendekatinya.Udah, kamu mandi dulu gih, cleanupnya biar aku yang rapiin, katanya dengan nada tak mau dibantah. Jansen yang menunjukkan mejanya, persis di seberang mejaku. Dengan semangat juang membara aku mulai memompa kuatkuat. Tarikan napasnya pendekpendek dan tersendat. Kaciyaann.. Entah apa yang dipikirkannya. Ia tetap tenang menantiku.Serius? Tibatiba jepitan tungkainya di pinggangku mengetat, denyutan liangnya pun makin hebat.Tanti mengatupkan giginya, panggulnya berayun menyambut setiap desakanku, pelukannya pindah ke panggulku seakan menuntutku lebih dalam pada setiap goyangan. Mhhm. Tapi boleh dong aku tahu, aku ini nomer berapamu? Testoteron dan adrenalinku berpacu. Nggak kayak kamu, katanya. Jeda sesaat itu ternyata justru mengobarkan klimaks yang tertunda karena cakaran Tanti.
