Simak kisah lengkapnya berikut ini!Jakarta yang panas membuatku kegerahan di atas angkot. Bokep rusia Atau kesialan, karena ia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Sambil menjawab telepon di kursi ia menunggingkan pantatnya.“Ya sekarang Sayang..!” katanya. Aku memandang ke arah lain mengindari adu tatap. Sekali. Lalu ia memijat lutut. Aku tidak dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Itu artinya ia tidak mau diganggu. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Lalu pijitan turun ke bawah. Ia sudah membereskan peralatan pijat. Langkahku semangat lagi. Sambil menjawab telepon di kursi ia menunggingkan pantatnya.“Ya sekarang Sayang..!” katanya. Bicara apa? Kadang-kadang ketimun. Pijitan turun ke perut. Masih ada esok. Oh.., aku hanya dapat menunduk, melihat kakinya yang bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Jam berapa aku berangkat. Cukuplah kalau tanganku menyergapnya. Ya tidak apa-apa, hitung-hitung olahraga. Sekali. Ah apa saja. Dari atas: Turun. “Pelan-pelan suaranya kan bisa Dek,” sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian.Aku membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Tidak apalah hari ini tidak ketemu. “Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada
