Iya, saya mulai sadar saya sedang jual badan saya… itu sebenarnya salah, tapi kok… kenapa saya jadi nggak peduli? Montok… bahenol…”Duh, apa maksudnya itu? Bokep jilbab Saya nggak peduli… yang saya pikir cuma kerja seperti ini lebih gampang dapat uang. Kenapa ndak dari dulu saja, ya?Terlintas pikiran seperti itu dalam kepala saya. Kini hari-hari saya dihabiskan mengurus Juragan dan membantu Juragan menjalankan toko beras. Saya ingat dulu saya tidak senyum buat beliau waktu pertama kali beliau tiduri saya. Nggak apa-apa nggak bayar, katanya, tapi besok kamu keluar dari tempat saya. Kamu masih perawan ya Denok!? Saya buka salah satunya dan saya nyalakan lampunya, dan dua orang supir itu pun saya layani di sana. Dan nggak di semua tempat kami bisa mendapat penonton yang bersedia membayar, kadang-kadang kami malah diusir atau dihardik. Juragan senyum di depan muka saya, sambil bilang, “Nah, itu buat permulaannya, Denok…”Dan tahu-tahu saja, Juragan sudah buka celana, dan menempelkan… menempelkan… anunya di belahan memek saya!“Aduh, Juragan…! Waktu pertama kali didandani buat ngamen, saya protes, kok repot amat.
