Tidak akan hadir kesempatan ketiga. Bokep mom “Oh ya. Lihatlah, masak ia begitu berani tadi menyentuh kepala Junior saat memijat perut. Di mana? Tapi ia masih berjongkok di bawahku.“Yang ini atau yang itu..?” katanya menggoda, menunjuk Juniorku.Darahku mendesir. Dadaku mulai berdegup lagi. Aku mengurungkan niatku. Daripada suntuk diam di rumah, tadi malam aku menyelesaikan kerjaan yang masih menumpuk. Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Aku memegang teteknya. Kring..!“Mbak Wien, telepon.” kataku.Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Ia malah melengos. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Ia menyenggol kepala juniorku. Bibirku melumat bibirnya.“Jangan di sini Sayang..!” katanya manja lalu melepaskan sergapanku. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Hap. Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.“Bang, Bang kiri Bang..!”
Semua penumpang menoleh ke arahku. Kring..!“Mbak Wien, telepon.” kataku.Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Wien datang. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Astaga.
