Sudah tiga tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Bokep Hijab Aku meringis merasai sentuhan kulit jarinya. Aku berhasil. Anggap saja tdiap-tdiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh. Masih menutupi diri dengan tabloid. Di mana? Singkat cerita dalam perjalanan pulang aku terbayang-bayang oleh kejadian tadi, sungguh hari ini hari yang sangat sehat. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. Di kantor, aku masih terbayang-bayang wanita yang di lehernya ada keringat. Matanya dikedipkankan, bersamaan masuknya angkot lain di belakang angkotku tadi. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya. Aku menggelepar. Aku tidak dapat lagi memandanginya. “ Jangan di sini Sayang..! Ayo. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Atau kean, karena dia masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Aku mengambil pakaianku. Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aku kalah lawan kancing. Aku tidak dapat lagi memandanginya. Dulu aku paling anti masuk salon. Lihatlah dia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Aku tersenyum. Tunggu apa lagi. Masih ada esok. Ah.
