Atau apalah? Hijab bokep Bergantian Wien kini telentang.“Pijit saya Mas..!” katanya melenguh.Kujilati payudaranya, ia melenguh. Ah segar. Untung ada tissue yang tercecer, sehingga ada alasan buat Wien.Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang menunggu telepon. Pasti terburu-buru. Aku menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah. Aku masih ingat sepatunya tadi di angkot. Ia terus mengelap pahaku. Makin lama makin jelas. Dadaku mulai berdegup lagi. Jagain sebentar ya..!”Ya itulah kabar gembira, karena Wien lalu mengangguk.Setelah mengunci salon, Wien kembali ke tempatku. Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Tidak akan hadir kesempatan ketiga. Tetapi eh.., diam-diam ia mencuri pandang ke arah juniorku. Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya, untuk memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Esoknya, dari rumah kuitung-itung waktu. Suara pletak-pletok mendekat.“Ayo tengkurap..!” kata wanita setengah baya itu.Aku tengkurap. Tetapi aku masih betah di atas mobil ini. Tapi ia dingin sekali. Sesekali tangannya nakal menelusup ke bagian tepi celana dalam.
